Wednesday, 6 October 2010

Right Now a Computer Is Reading The Internet, Teaching Itself Language


Right Now a Computer Is Reading The Internet, Teaching Itself Language
Endra-3  In a basement at Carnegie Mellon University, a computer is reading the web. It's been doing so for nearly nine months, teaching itself the complexities and nuances of the English language. And the smarter it gets, the faster it learns.
That computer is NELL, the Never-Ending Language Learning system, and it's the star of a project involving researchers from Carnegie Mellon, supercomputers from Yahoo!, and grants from Google and DARPA. The project's aim is an elusive but important one: to design a machine that can figure out the subtleties of language all on its own. As Tom Mitchell, chairman of the school's machine learning department explains, "we still don't have a computer that can learn as humans do, cumulatively, over the long term." NELL would be the first that does so.
The system trawls hundreds of millions of web pages, collecting facts and sorting them into one of 280 categories, classifications like cities, plants, or actors. It has learned nearly 400,000 such facts to date, with 87% accuracy. NELL also currently knows some 280 relations, pieces of language that connect two facts together. NELL probably knows that James Franco (actor) lives in (relation) New York City (city). And the more NELL learns, the faster and more efficient it gets at teaching itself:
Its tools include programs that extract and classify text phrases from the Web, programs that look for patterns and correlations, and programs that learn rules. For example, when the computer system reads the phrase "Pikes Peak," it studies the structure - two words, each beginning with a capital letter, and the last word is Peak. That structure alone might make it probable that Pikes Peak is a mountain. But NELL also reads in several ways. It will mine for text phrases that surround Pikes Peak and similar noun phrases repeatedly. For example, "I climbed XXX."
NELL, Dr. Mitchell explains, is designed to be able to grapple with words in different contexts, by deploying a hierarchy of rules to resolve ambiguity. This kind of nuanced judgment tends to flummox computers. "But as it turns out, a system like this works much better if you force it to learn many things, hundreds at once," he said.
There are some instances in which an autodidactic computer can get off track. At one point, NELL sorted "internet cookies" into its "baked goods" category. That resulted in associated terms like "computer files" being labeled as baked goods, too. In these cases, Dr. Mitchell and his team correct the error and put NELL back on course. But he points out that no human learns completely on his own, either.
So what's it all for? Well, a computer that understood language like a human could answer search queries not with links but with real answers. Personal computers could be operated simply by telling them what to do. And computerized assistants could understand requests like "go get me a sub sandwich" and not waste their time looking for a sandwich shop that was located in a submarine. Too bad! That'd be funny. [Gizmodo.com]

Friday, 1 October 2010

New technology cells

New technology that captures "exciton" particles could replace today's solar cells
Endra-3. Even the most efficient solar cell loses a lot of energy in the form of wasted heat. But the electron-like particles that photons emit as they enter the cells could be turned into electrical energy, solving the heat loss problem.
When photons, the particles of light, enter solar cells, they can create a quasiparticle known as an exciton. The exciton is a combination of an electron and an electron hole. What's an electron hole? It's basically the complete opposite of an electron, but it's not an anti-electron. It's not matter, it's not antimatter, it's not really anything at all - it's just a place where an electron should be but isn't.
That may not sound all that important, but it's possible for an electron and a hole to attract each other and combine into an exciton. When that happens in solar cells, it's responsible for the heat energy that current goes wasted. The trick to reducing the heat loss is to capture as many electrons as possible before they dissipate, because those electrons can then be diverted onto a current and used for electrical energy.
Now researchers at the University of Wyoming and Colorado State have managed to do just that. They coupled together light-absorbing lead sulfide particles with electrodes made from titanium dioxide. They found that the current produced in this system contained excitons, and they were able to collect several excitons from a single photon before the particles started to break down again into their constituent parts.
This offers a chance for solar cells to trap excitons in a similar way. As long as the cells are coupled with the appropriate electrodes, they too can capture these quasiparticles before they degrade, which means they would save most of the heat and hang onto it as useful energy. It would greatly improve the efficiency of solar cells, all without even having to do anything to the basic photon capture technology. (Gizmodo.com)

Mobil Sport Listrik Jaguar C-X75

Jaguar
Jaguar C-X75 dapat berakselerasi 0 - 100 km/jam dalam 3,4 detik
Memperingati 75 tahun kejayaan desain Jaguar, pabrikan Inggris ini memperkenalkan konsep mobil sport listrik berpenggerak empat roda, C-X75 di ajang Paris Motor Show. Empat motor listrik bertenaga 195 PS di masing-masing roda menghasilkan tenaga puncak 780 PS yang dapat membawanya berlari hingga 330 km/jam. Torsi puncak mencapai 1.600 Nm memberi kemampuan berakselerasi 0 - 100 km/jam dalam 3,4 detik dan 80 - 145 km/jam hanya butuh 2,3 detik.

Dengan baterai lithium-ion 19,6 kWh yang terisi penuh, C-X75 dapat menempuh jarak 110 km dengan tenaga listriknya saja. Selain itu, ada dua mesin turbin-gas mikro bertenaga total 188 PS yang dapat berputar hingga 80.000 rpm, berfungsi sebagai generator penghasil listrik untuk mengisi ulang baterai. Hasilnya, jarak tempuh dapat bertambah hingga 900 km lagi.

Performanya didukung konstruksi bodi aluminium. Bobot yang hanya 1.350 kg memberi rasio tenaga terhadap bobot hingga 578 PS/ton sehingga menghasilkan performa istimewa. Selain itu, aluminium merupakan salah satu material logam paling mudah didaur ulang, sehingga C-X75 menjadi sangat ramah lingkungan.

Soal efisiensi didapat dari desain tubuh yang aerodinamis. Gril depan dan lubang ventilasi pendingin rem hanya dapat terbuka saat dibutuhkan. Diffuser berbahan serat karbon yang mengatur aliran udara di kolong mobil memiliki sayap aktif yang dapat turun secara otomatis seiring meningkatnya kecepatan sehingga menghasilkan gaya tekan lebih baik. Alhasil, pengendalian mobil menjadi lebih hebat.

Hal unik di dalam kabin, posisi kursi layaknya mobil balap single-seater. Yang justru bisa diatur adalah posisi sistem kemudi berikut panel instrumen dan pedal-pedal agar sesuai dengan posisi duduk pengemudi. Panel instrumennya menggunakan layar TFT beresolusi tinggi untuk menunjukkan kondisi dan putaran mesin dari kedua turbin.

"Kehebatan yang dihasilkan melalui inovasi selalu menjadi ciri khas Jaguar. Sudah sejak awal, mobil seperti Type-C dan Type-D menjadi pelopor penggunaan konstruksi aluminium, desain yang aerodinamis, sasis monokok dan penggunaan rem cakram. C-X75 menunjukkan bahwa perusahaan ini masih menjadi pemimpin dalam hal desain dan teknologi otomotif," ujar CEO Jaguar Land Rover Dr. Ralf Speth.(Sumber : Kompas.com)

Tuesday, 29 June 2010

Teknik Mengerem yang Benar



Pengereman adalah hal yang paling penting diketahui pengendara saat berkendara sepeda motor. Ironisnya masih banyak pengendara sepeda motor yang tidak tahu teknik pengereman yang benar.
Pada saat kita memutuskan untuk belajar mengendarai sepeda motor, hal pertama yang harus kita pertimbangkan untuk menghindari diri dari resiko kecelakaan adalah bagaimana kita dapat menguasai teknik untuk menghentikan laju kendaraan. Satu-satunya alat yang bisa dengan aman mengurangi laju kendaraan dan menghentikan kendaraan adalah rem.

Engine brake : efek pengereman yang ditimbulkan akibat penurunan kecepatan putaran mesin (tidak ada untuk type matic), bisa membantu mengurangi laju kendaraan akan tetapi yang bisa menghentikan laju kendaraan adalah rem. Apabila teknik pengereman sudah dikuasai dan terlatih untuk melakukannya, maka kepercayaan diri akan meningkat dan jarak pengereman bisa diperpendek.

Semakin pendek jarak pengereman akan semakin baik, semakin jauh resiko kita terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Pada sepeda motor kita mengenal rem depan dan rem belakang. Paling efektif untuk menghentikan laju kendaraan adalah rem depan. Artinya apabila teknik pengereman telah dikuasai dengan baik, maka jarak pengereman paling pendek akan diperoleh apabila mengaplikasikan rem depan. Rem belakang hanya digunakan sebagai penyeimbang. Dalam kondisi latihan biasanya kita atur segalanya adalah ideal dan dilakukan secara berulang, hal ini semata-mata untuk mengasah kemampuan kita dalam menguasai teknik dasar pengereman. Pada saat berkendara di jalan raya penting untuk kita memperhatikan hal-hal lain yang tidak akan kita jumpai seperti pada saat latihan, misalnya : kondisi jalan yang tidak rata, berpasir, basah, dan sebagainya.

Dalam latihan, bisa dicoba beberapa pengereman; pengereman dengan menggunakan rem belakang saja, kemudian rem depan saja, dan terakhir cobalah dengan teknik pengereman yang benar dengan menggunakan kedua rem. Dengan kondisi yang ideal cobalah untuk merasakan dan membandingkan jarak pengereman yang dihasilkan.
Urut-urutan dalam proses pengereman (dengan SM type sport) yang penting untuk dilatih (sampai dengan sepeda motor berhenti) :

  1. Melajulah dengan kecepatan tertentu. Untuk awal, 40 km/jam cukup untuk kita bisa melatih teknik dasar pengereman. Gunakan gigi 4 ke atas.
  2. Pada saat kita putuskan untuk mengerem, hal pertama yang harus kita lakukan adalah melepaskan putaran gas (deselerasi). Posisi tangan saat ini adalah menggenggam penuh grip gas (tidak ada jari yang standby pada tuas rem depan).
  3. Kemudian langkah berikutnya adalah tangan menarik tuas rem depan dengan cara diremas (seperti bersalaman) dan pada saat yang bersamaan kaki kanan memijak rem belakang sebagai penyeimbang. Pastikan posisi sepeda motor tegak (tidak miring) sehingga resiko tergelincir/terpeleset tidak terjadi.
  4. Tepat saat sepeda motor akan berhenti, tarik tuas kopling sehingga mesin tidak mati dan turunkan kaki kiri saat berhenti.
  5. Dalam latihan tidak disarankan menggunakan engine brake, semata-mata untuk melatih diri dalam penguasaan teknik dasar pengereman.
  6. Langkah tersebut dilakukan secara berulang sampai benar-benar dikuasai.
  7. Sebagai evaluasi, dengan teknik pengereman yang benar maka dapat dilakukan pengukuran jarak pengereman (dengan memberikan marking sebagai penanda jarak di sepanjang lintasan pengereman).
  8. Setelah evaluasi diperoleh, selanjutnya latihan dapat dilanjutkan dengan menambah kecepatan sesuai kemampuan, misal: 60 km/jam.
Perlu diingat, jangan memaksakan diri untuk mengaplikasikan rem depan sekuat-kuatnya untuk awal latihan. Resiko terjungkal akan didapatkan apabila “feeling” dalam meremas tuas rem depan dengan optimal belum dikuasai. Latihan berulang dibutuhkan untuk mendapatkan penguasaan yang maksimal.